30% KUOTA UNTUK WANITA PADA PEMILU YAD.
Saya setuju, wanita diperhitungkan untuk mengisi kancah kegiatan politik/pemerintahan/maupun kegiatan-kegiatan lain yang strategis.
Tapi sebagai wanita (pribadi), mungkin saya belum sepenuhnya setuju dengan peran wanita yang harus sejajar dengan pria. Sederajad ya, tapi untuk tugas dan kewajiban, saya tetap berpendapat bahwa Tuhan pasti sudah punya rencana dengan menciptakan mahluk2 yang BERBEDA. antara semua saja yang diciptakan termasuk tugas laki-laki dan wanita. Karena kalau tugasnya sama pasti hanya diciptakan satu jenis saja. Laki-laki thok atau wanita thok. Jadi semua saling melengkapi.
Coba sedikit kita analisa beberapa perbedaan itu :
1. Wanita mengalami menstruasi,bisa mengandung, melahirkan dan menyusui. Laki-laki tidak.
2. Bentuk dan fumgsi fisik wanita dan laki-laki jelas berbeda. Baik didalam (wanita punya kandungan,punya uterus )Maupun diluar. Alat kelamin dan lain-lain. Justru dari perbedaan ini jadilah manusia-manusia baru.
3. Emosi wanita dan pria berbeda. Jelas wanita lebih halus dari laki2 (bicara tentang manusia normal) Wanita sering nangis mengeluarkan air mata biasa. Tapi kalau laki-laki berbuat demikian menjadi bencong.
4. Naluri ibu/wanita lebih tajam/peka. Juga pada anaknya. Contoh :
- Pada salah satu peristiwa tewasnya seorang ibu dengan dua anak gadisnya tepat tanggal 23 Des 03 yll
Akibat rumahnya terbakar. Bukan bapaknya yang berusaha menyelamatkan 3 anak2nya (justru menurut berita Koran yang saya baca, bapaknya menyelamatkan diri sendiri dengan terjun dari lantai 2). Ibunya tewas terbakar karena menyelamatkan 2 anak gadisnya yang masih didalam, setelah siibu tadi berhasil menyelamatkan anak bungsunya. Ibu tadi masuk kedalam lagi sementara api sudah berkobar.
- Induk kucing saya, senantiasa menununggui anak2nya makan duluan, setelah anaknya selesai makan, induknya barulah memakan sisanya.
- Yang ada hanya INDUK SEMANG, IBU KOTA, IBU NEGERI, IBU PERTIWI, SEPERTI ANAK AYAM KEHILANGAN INDUKNYA. Surga ada ditelapak kaki ibu. Tidak ada bapak negeri dll.
- Seorang wanita lebih bertahan menjanda, dibanding laki2. (sama2 ditinggal mati pasangannya)
Di agama Kristen Katholik, Tuhan diibaratkan sebagai BAPA. Dan bukan IBU. Ini juga sebagai pelambang bahwa apapun pekerjaan bapak/laki-laki, diharapkan akan dapat dijadikan bapak bagi anak2nya dan pelindung bagi anak dan istrinya.
Di agama Islam, Bapak sebaiknya bisa jadi Imam bagi keluarganya. Dia harus bisa dijadikan pengayom dan suri tauladan bagi anak-istrinya. Untuk itu, memang sebaiknya seorang laki2 hendaknya memperistri wanita yang sederajad, yang sekiranya laki2 tsb nantinya akan dapat / mampu memenuhi kebutuhan material/batiniah istrinya. Sehingga bukan dia yang disetir oleh istrinya, tapi suami bisa memimpin, mengarahkan anak istrinya. Untuk itu Suami memang harus lebih pintar atau minimal sederajad dari istrinya.
Buktinya sekarang ini banyak para keluarga muda yang akhirnya bercerai salah satu penyebabnya menurut saya adalah. Kurang mampunya si suami menjadi panutan bagi istrinya.
Lalu apa hubungannya cerita panjang saya dengan judul diatas? Kenapa harus dibatasi 30%? Kalau memang mau mensederajadkan laki-laki dengaan wanita, sejauh siwanita mampu, mestinya mau 70% pun bahkan 100% pun nggak perlu dipermasalahkan. Nah disini yang mungkin belum jelas dan masih rancu adalah penetapan KRITERIA nya.
KRITERIA harus jelas. Dan sekali lagi bahwa ada laki-laki, dan ada wanita pasti masing-masing punya peran, kelebihan dan kekurangan masing-masing yang sebenarnya bisa saling melengkapi.
Asal semua dilakukan dengan kesadaran bukan keterpaksaan.
Dan yang lebih memicu wanita tidak “TRIMO”/ BANGGA hanya sebagai ibu rumah tangga kemungkinan antara lain adalah : Tidak adanya penghargaan yang memadai dari suami, bahkan anak-anaknya. Anak-anak sekarang justru bangga kalau ibunya berperan diluar rumah (Berkarir). Padahal saya pribadi sangat mengagumi seorang ibu rumah tangga yang berhasil menjadikan anak-anaknya sukses, suaminya sukses dan SETIA hanya memiliki satu istri.. Jadi ibu rumah tangga yang berhasil tadi sangat buerat, tapi sangat MULIA. Dan ibu rumah tangga yang sukses saya ibaratkan sebagai wanita karir yang sukses mengelola perusahaannya, yakni KELUARGA
Kalau PARADIGMA/pandangan tentang peran ibu rumahtangga diluruskan, diubah dan menjadi sangat dihormati, dihargai, mungkin wanita akan kembali kepada fitrahnya. Perbedaan dengan ibu rumah tangga dulu kemungkinan , ibu rumah tangga sekarang lebih terdidik, terpelajar, pintar dan cerdas. Sehingga didalam memanage keluarganya seharusnya menjadi lebih baik.
Tapi ibu saya yang hanya sampai setingkat SMA kok ya sukses memanage keluarga dan bahkan berhasil dalam usaha/karirnya dijamannya ya? Padahal puteranya 5, yang 4 bisa lulus dari PTN semua. Selain ibu saya, rata2 orang dulu kok banyak yang sukses memanage keluarganya ya?
Bahasan ini sebenarnya masih panjang dan dalam. Lain waktu saya sambung lagi. Bahasan ini agak acak2an juga. Nanti kapan-kapan tak sarikan lagi. Harapan saya ada tanggapan/pandangan2 dari ANDA
Surabaya, Pebruari 03
Unik Wardhono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar