HAK PEJALAN KAKI, ZEBRA CROSS DAN TRAFFIC LIGHT
Kasihan PEJALAN KAKI………….. Trotoir di KUP (ditempati dengan “paksa” oleh PK5.) Mau lewat zebra cross takut DITOTOL kendaraan bermotor…… Mau lewat jembatan penyeberangan takut DIKUNTIT PENODONG …………..????????
Mayoritas Masyarakat Surabaya , Malas jalan Kaki. Kenapa?
Pada waktu bepergian dengan suami dan anak naik mobil ke Plaza. Seringkali saya minta dicarikan tempat parkir yang PALING DEKAT dengan pintu masuk Plaza. Seringkali juga, suami nampak kesal dan bergumam : “Mayoritas Orang
“ Langsung seperti/sejenis DRIVE THRUE.”
Saya tersindir. Dan saya mencoba membela diri“ Lho kalau memang kita diberi rejeki bisa parkir ditempat yang paling dekat dengan tujuan kenapa tidak?” “Kalau ada fasilitas yang bisa NGGENDONG/MBOPONG (Jw) (lift, escalator, dlsb) kita ketempat tujuan kenapa tdak? Justru itu sebagai UJUD SYUKUR kita atas karuniaNYA?”
“Lalu ujud syukur bahwa kita telah diberi BADAN SEHAT punya kaki untuk jalan mana?” Jawab suami saya lagi.
Kondisi seperti yang saya lakukan tadi dan mungkin dilakukan pula oleh mayoritas masyarakat
Kalau diperhatikan dinegara-negara lain seperti
Sewaktu berkesempatan berjalan-jalan dengan suami di Disneyland Jepang, kami bertemu sepasang suami istri yang sebenarnya sudah tua karena cucunya saja sudah usia dua puluhan. Keduanya masih nampak muda,segar dan bersemangat berjalan kaki dengan sigapnya sambil senyum senantiasa terseungging dibibir mereka. Saya berbisik kesuami disebelah saya. “Semoga kelak kitapun demikian ya” Mending jadi “NELI” (Nenek Lincah dalam artian positif daripada nenek klumprak klumpruk karena sakitan kurang Olah Raga).“Makanya harus giat olah raga. Paling tidak jalan kaki rutin” jawab suami saya.
Lalu hubungannya dengan masalah ZEBRA CROSS , JEMBATAN PENYEBERANGAN DLL khususnya di
- Mayoritas masyarakat ENGGAN/MALAS berjalan kaki. Baik itu dijalan umum apalagi
menyeberang lewat zebra cross maupun jembatan penyeberangan yang ada.
- Kalau bisa dari rumah ketempat tujuan “diGENDONG” (baik oleh orang, becak, bemo
sepeda motor, mobil, lift, escalator dll).
Lalu timbul pertanyaan . Sebabnya apa? Jawabannya cukup sederhana :
Fasilitas untuk “DIGENDONG/DIBOPONG ” di Surabaya ada, terjangkau, banyak dan bervariasi.
Toh kalau mau jalan kaki RISKAN. Rasanya takut sekali di TOTOL, DISREMPET, DITODONG , dan yang lebih tragis DILINDAS kendaraaan yang lalu lalang . Mau minggir, PK5 sudah memenuhi TROTOIR yang seharusnya menjadi HAK pejalan kaki.
Sampai2 setiap pembantu saya mau ke pasar jalan kaki, senantiasa saya WANTI2 agar berhati-hati dijalan dan doa saya selalu mengiringi kepergiannya hingga kembali,
Dan setiap setir mobil dijalan raya saya acapkali melihat orang-orang menampakkan kengerian diwajahnya waktu menyeberang jalan meskipun lewat zebra cross. Saya jadi prihatin sekali. Dan sebagai pengemudi kendaraan bermotor sering pula dikejutkan oleh beberapa orang yang menyeberang dengan tiba-tiba.
Lalu timbul pertanyaan lagi.. Kenapa ya kok PEJALAN KAKI di Surabaya khususnya jadi ANALOG dengan ANAK TIRI? Apa salah dan dosanya? Lalu, kenapa kalau dinegara lain justru sebaliknya?. Banyak sekali PEJALAN KAKI nampak enjoy dan santai banget dan bahkan bisa dikatakan sebagai RAJA JALANAN?. Berjalan kaki di trotoir, menyeberang jalan dan lain – lain dengan tenang tanpa menampakkan kekhawatiran?
Difilm-film Negara lain seringkali kalau kita perhatikan bagaimana masyarakat dapat bermain-main dengan keluarganya ditaman-taman
Apakah di Indonesia yang sangat luas, dengan tanahnya yang subur, alamnya yang indah tidak bisa dibuat demikian? Seharusnya bisa………
Lalu langkah2 apa yang seharusnya dilakukan? Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sekali lagi diperlukan adanya KOORDINASI dari berbagai pihak terkait , termasuk masyarakatnya didalam penanganan yang KOMPREHENSIF dan INTEGRA TED.
Misalnya :
- Sediakan/Perbaiki infra struktur/fasilitas sarana prasarana transportasi umum yang
memadai.
- Adanya fasilitas untuk pejalan kaki, (zebra cross diberbagai tempat/jalan dengan Dileng
kapi TRAFFIC LIGHT untuk memberikan kesempatan bisa menyeberang bergantian
dengan pemakai kendaraan lain). Trotoir dibebaskan dari Pedagang kaki Lima (PK5) atau
diatur sedemikian rupa sehingga masih ada ruang gerak untuk pejalan kaki. Taman-taman
- Adanya bus-bus
terjangkau (mahal itu relative. Jika lebih mahal sedikit dari angkot lain tapi lebih nyaman
atau bahkan bebas dari copet dan perampokan akan menjadi “murah” demikian pula
sebaliknya).
Mengurangi atau bahkan meniadakan angkot2 dan bus-bus yang sudah tidak layak jalan
- Tersedianya HALTE-HALTE atau tempat pemberhentian bus/angkutan umum
Untuk menghindarkan saling serobot antar angkutan
halte/pemberhentian tersebut diperlengkapi dengan PETA-PETA TUJUAN , JADUAL
KEBERANGKATAN KODE BUS dan KENOP2 yang didisain sedemikian rupa
sehingga tidak mudah dirusak ataupun dicuri. Dll
- Membuat peraturan baru tentang fasilitas transportasi
- Melaksanakan peraturan, menegakkan hukum dan sangsi dengan konsisten
Kebaikannya/kelebihannya:
- Masyarakat akan berpaling dari kendaraan pribadi ketransportasi umum (bus dll).
- Mengurangi volume kendaraan dijalan raya
- Mengurangi polusi atau gas buang kendaraan, udara
- Mengurangi pencurian kendaraan pribadi.
- Menghemat BBM
- Masyarakat lebih sehat karena harus jalan kaki ketempat halte-halte
- Mengurangi kecelakaan lalin
- dll.
Kesulitan/kekurangannya
- Diperlukan waktu yang lama dan kesabaran aparat dalam rangka mendisiplinkan
(membiasakan untuk berdisiplin) kepada masyarakatnya
- Menyadarkan masyarakat akan pentingnya berjalan kaki bagi kesehatan (karena jarak
antara rumah tinggal ketempat tersedianya transportasi umum tidak semuanya dekat )
- Mengurangi tenaga kerja (sopir angkot lain termasuk becak)
- Untuk membangun sarana prasarana diperlukan biaya yang relative besar.
- Memindahkan atau mengatur PK5
- Pembebasan tanah jika diperlukan
- Ll
Uniek Wardhono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar