Waktu itu, tulisan ini sebenarnya aku tulis untuk LINGKUNGAN TERBATAS yakni dilingkungan alumni SMA saya dulu (3B Yogyakarta)....Dalam rangka RAKERNAS PADMANABA yang diselenggarakan di Surabaya 4 – 6 Mei 2007 yang lalu......
Tapi karena SIFAT dan ISInya UNIVERSAL... Jadi apa salahnya saya share disini.......
Bagi teman-teman Padmanaba yang kebetulan tidak berkesempatan untuk hadir dalam RAKERNAS waktu itu, inilah salah satu yang kami suguhkan berupa buku kecil yang memuat tulisan-tulisan kami Padmanaba Kompartemen Surabaya. Dan tulisan ini satu diantaranya yang saya cuplik disini....
MENGAPA?
Oleh : Unik Wardhono
Tanpa disadari, kita sering mengeluh, karena kita sudah merasa berusaha, berikhtisar, bekerja mati-matian, tetapi hasilnya jauh dari apa yang kita harapkan..... Maka timbul pertanyaan dibenak kita, atau juga bertanya pada orang-orang dekat disekitar kita ; ”Mengapa”?
Luis Sullivan arsitek besar dari Chicago USA pernah mengatakan :
SETIAP SOAL ATAU PERMASALAHAN SUDAH MENGANDUNG DALAM DIRINYA SENDIRI PENYELESAIAN SOALNYA.
Setiap soal/permasalahan minta jawaban atau solusinya . Dan jawaban atau solusinya sebenarnya sudah tersedia (meski masih terselubung ) didalam soal/permasalahan itu sendiri.
Kesulitan kita biasanya adalah bahwa kita cenderung untuk lebih suka mendengarkan keinginan dan nafsu kita sendiri. Selubung itulah yang paling sulit kita kuak, kita buka dan kita “petani” untuk mendapatkan jawaban/solusinya.
Contoh yang pernah diberikan oleh alm Romo Dipl Ing YB Mangunwijaya. “empu”nya arsitektur Indonesia adalah :
Kita lebih senang menjiplak produk orang lain, tanpa bertanya dulu situasi kondisi yang ada. Lalu kita mulai mendikte harus begini harus begitu.. Terlalu malas bertanya pada alam sekeliling, kepada bahan yang ada potensi atau kemampuan yang mungkin.
Misalnya kehidupan iklim panas lembab diberi jas setelan wool dengan dasi yang mencekik.
Bangunan yang serba rapat. Yang lebih mengandalkan AC. Padahal masih dimungkinkan untuk memanfaakan factor alam, tapi karena mengikuti”nafsu besar” kecenderungan menjiplak kulit luar tanpa memahami esensi yang terkandung didalamnya itulah yang seringkali mengalahkan ”nalar sehat” kita.
Ungkapan contoh yang dikemukakan dua empu besar dibidang disiplin ilmu yang saya tekuni tersebut benarbenar TERPATERI didalam benak saya. Dan itu semua yang senantiasa melandasai pola berpikir saya dalam setiap langkah saya.
Ungkapan tersebut menurut saya sifatnya sangat luwes, universal, bisa dijadikan landasan untuk pemecahan masalah baik permasalahan yang terkecil, hingga masalah-masalah besar yang dihadapi.
Lalu apa pula benang merahnya dengan persoalan-persoalan yang dihadapai oleh organisasi tercinta kita Padmanaba?
Meski belum melakukan penelitian secara akurat, tapi secara (bodon), 95% dari siswa SMAN 3 Yogyakarta ini, minimal berstatus lulusan SMAN. Dari yang 95% lulusan SMAN tersebut masih secara hitungan kasar 80% nya menyelesaikan pendidikannya dijenjang S1 atau sederajad, baik didalam negeri maupun diluar negeri. Dari 80% S1 tersebut yang berhasil karirnya dijenjang Pemerintahan ada ..... % dan sukses dibidang Swasta ada ....%. Dan dari S1 tersebut yang berhasil menyelesaikan kejenjang S2........ %. Dan seterusnya. Dari yang S2 dan meneruskan kejenjang yang lebih tinggi lagi S3 dst.....%.
Dari sekian lulusan Padmanaba, yang berhasil mendapat gelar kehormatan dibidang pendidikan seperti Profesor ....%, spesialisasi lain-lain ...%.
(Saya tidak mau berspekulasi dengan ”NGARANG” angka-angka disitu lebih dalam, karena belum melakukan survey dan penelitian, harapannya Padmanaba Pusat bisa menghimpun data dari para anggautanya untuk dijadikan bahan kajian dan evaluasi yang lebih bisa dipertanggung jawabkan kesahihannya. Disini sifatnya lebih pada garis besar saja)
Dengan perhitungan kasar seperti tersebut diatas, maka dapat disimpulkan sementara, bahwa alumni Padmanaba rata-rata memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, yang berarti tingkat intelegensianya ada dirata-rata dan diatas rata-rata, yang berarti pula seharusnya bisa mencerna segala permasalahan dengan kacamata INTELEKTUAL. Lebih akurat, lebih bertanggung jawab.
Paparan-paparan dari para alumni saat sarasehan di Jakarta bagus-bagus sekali.........alangkah bahagianya jika apa yang sudah diwacanakan tersebut betul-betul bisa direalisir. . PADMANABA pasti akan BANGGA sekali..Jika bisa bicara pasti akan mengatakan Terimakasih....terimakasih.... sambil tersenyum simpul....
Untuk itulah maka dalam kesempatan ini saya hanya sedikit menambahkan apa yang sudah dipaparkan oleh para alumni sebelumnya,. Yakni mengajak seluruh alumni Padmanaba, untuk selalu memandang semua permasalahan yang dihadapi dengan cara MENDASAR. Kita cari AKAR PERMASALAHAN kemudian baru menyelesaikan nya. Bukan hanya melihat dari kulit luar atau bajunya.. .........
Karena fenomena yang ada dinegeri kita beberapa puluh tahun belakang ini adalah melihat permasalahan dari kulit/permukaannya, yang tentunya menyelesaikannyapun dengan cara sepotong, sepotong, tidak menyeluruh/COMPREHENSHIP.
Implementasi penyelesaian boleh BERTAHAP, dengan catatan bahwa kita sudah mengetahui permasalahan dan penyelesaiannya secara COMPREHENSHIP. Hanya PELAKSANAAN/Implementasi karena kendala satu dan lain hal maka memang perlu tahapan sesuai prioritas. Implementasi bisa dibagi menjadi jangka pendek, sedang dan panjang.
Lalu contoh konkritnya apa?
Contoh pertama berikut ini adalah melihat permasalahan hanya dipermukaannya saja, tanpa mau menyelidiki lebih dahulu.
Pernah dalam suatu pertemuan REUNI dengan teman-teman Arsitektur SAK ANGKATAN. Salah seorang teman mengeluhkan tentang anaknya yang kebetulan menjadi salah satu siswa SMAN 3 Yogyakarta yang mendapat tugas mewakili Sekolah untuk mengikuti lomba IPTEK Tingkat Nasional yang diselenggarakan disuatu kota X Teman saya tersebut mengeluhkan, bahwasanya, anaknya tidak secuilpun dibekali baik material berupa ilmu maupun finasiial dari pihak sekolahan.Dia pontang – panting sendiri menyiapkan segala sesuatunya.
Teman saya tersebut curhat kesaya katanya :”Sekarang 3B tambah merosot, tidak seperti dulu. Anak saya mewakili sekolah untuk lomba IPTEK tapi tidak dibekali apapun dari Sekolah.”
Pertanyaan saya pada teman saya tersebut singkat :”Kenapa kamu bisa mengatakan tambah merosot? Apa kamu sudah pernah menanyakan pada peserta-peserta wakil 3B sebelumnya anakmu yang pernah mengikuti lomba semacam itu?” ”Apa mereka dulu juga difasilitasi sekolahan?”
Jawab teman saya :”Ya belum.”
Sayapun menanggapi :”Kalau belum, berarti kamu tidak bisa menyimpulkan bahwa 3B tambah merosot. Kalau tidak ada kemajuan alias MANDEG alias STAGNANT mungkin lebih tepat. Karena bisa jadi yang dulu-dulupun juga bernasib sama dengan anakmu.”
”Betul juga ya katamu......... ”kata teman saya.........
Contoh kedua :
Ada teman Padmanaba kita lainnya lagi yang sangat IDEALIS. Kritis, amat sangat concern, awareness, peduli banget terhadap situasi dan kondisi pendidikan bangsa ini pada umumnya, dan pola pendidikan dialmamater kita saat ini khususnya. Beliau sempat ngomel-ngomel tidak karuan, setengah NGAMUK dan MUTUNG. karena usaha kerasnya menjalin networking Padmanaba dengan pihak Luar Negeri demi kemajuan dan perkembangan Pendidikan dilingkungan 3B yang sebetulnya sudah berhasil mendapat RESPON BAIK dari pihak Luar Negeri. TIDAK ditanggapi blas alias TIDAK DIRESPONS BALIK dari pihak sekolah almamater kita......
Sambil sedikit mlipir-mlipir (maklum dulur tuwo takut kuwalat) saya katakan kepada beliaunya........ ”Apa mas sudah tahu betul SITUASI, KONDISI, yang sebenar-benar nya dari sekolah kita sekarang?””Bisa jadi itu ibarat memberikan LAPTOP pada anggauta DPR yang GAPTEK dan memang tidak kepengin belajar jalankan laptop.......Apa tidak seharusnya dijajagi dulu kondisi disana....?”Kemudian baru dilakukan beberapa tahapan penyelesaiannya......
Niat baik saudara, teman kita tersebut luar biasa mulianya. Tapi menjadi sia-sia adanya, jika tidak ada timbal balik, yakni respon yang seimbang dengan pihak yang diperjuangkan.Merubah behaviour manusia yang sudah terlanjur melekat bertahun-tahun, tidaklah semudah belajar komputer, bisa jadi lebih sulit dari ALJABAR nya almarhum pak Paham, bapak guru yang sangat kita hormati . Perlu waktu, perlu kesabaran.
Ini tentunya bisa dijadikan contoh untuk persoalan-persoalan lainnya, yang sampai kini belum terpecahkan.
Apa artinya usulan yang MULUK-MULUK kalau semuanya hanya tinggal WACANA belaka.......
Tetty Kady pernah berangan-angan menyanyikan lagu rame-rame..... PERGI KEBULAN... Yang nampaknya sangat MULUK tersebut. Dan siapa pula yang memberi jawabnya? Neil Amstrong yang telah berhasil mendaratkan apollonya dibulan. Bukan putera bangsa kita tetapi bangsa lain. Bahkan Pratiwi sang astronot kitapun akhirnya kandas ditengah jalan.
”Raihlah cita-citamu setinggi bintang” kata Bung Karno waktu itu setiap dia berpidato. Disampaikannya dengan berapi-api.....
Habibi berhasil dengan MONTOR MABURnya yang sudah dibayar dengan berkarung-karung kedele. Apa tidak tragis? Negara kita yang tanahnya luas dan subur, yang seharusnya bisa memproduksi hasil pertanian dengan melimpah ruah diJEJALI TEKNOLOGI yang saat itu BELUM TEPAT atau bahkan TIDAK TEPAT jika diterapkan dinegara kita. Kenapa bukan TEKNOLOGI untuk mengembangkan PERTANIAN saja? Itulah kalau tidak mau MILANG-MILING terhadap lingkungan sekitar. Buktinya mana? Makmurkah negara ini dengan ,MONTOR MABUR yang dihasilkan tersebut?
Coba kalau Teknologi dulu diarahkan kesektor Pertanian yang paling potensial dinegeri tercinta ini? Saya pribadi yakin seyakin-yakinnya, jika itu dilakukan, maka kita semua alumnus Padmanaba kini pasti masing-masing sudah memiliki sebuah helikopter digarasi rumahnya, berdampingan dengan beberapa jaguar.
Jepang Korea memang meNJIPLAK keberhasilan Industri Barat. Coba kita perhatikan disekitar kita?. Mana yang lebih dominan? Kendaraan bermotor darat kita lebih didominasi buatan negara Barat atau Jepang, Korea dan China?
Mereka meNJIPLAK, tidak asal menjiplak. Mereka sinkronkan dengan kondisi negaranya. Masyarakatnya mau diajak untuk maju. Semangat juang masyarakatnya tinggi karena motivasi yang diberikan oleh para Petinggi negaranya dibarengi oleh SIKAP dan prilaku yang imbang dari petingginya sendiri. . Petingginya mau ikut sengsara tatkala masyarakatnya masih sengsara. DPRnya mau jadi kere saat rakyatnya masih kere.
Mereka berjuang bareng, kompak, betul-betul GUYUB dalam arti yang sesungguhnya. Bukan sekedar LIP SERVICE. Petingginya benar-benar merengkuh rakyatnya. Membantu rakyat yang terseok-seok untuk berdiri tegak.
Bagaimana kalau kita mencoba jadikan PADMANABA sebagai MINIATUR nya negara-negara yang dulunya MELARAT, BODOH kemudian menjadi negara maju?
Kalau sudah berikhtisar tapi belum juga berhasil.... nah itu sudah CAMPUR TANGAN Tuhan.......
Surabaya, 16 April 07
Unik Wardhono
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar